Festival Budaya Jaton XIX 2025 di Manado Berlangsung Spektakuler

Semangat pelestarian budaya dan persaudaraan menggema di Kawasan Megamas Manado saat berlangsungnya Festival Seni Budaya Jawa Tondano (Fesbujaton) XIX tahun 2025. Diselenggarakan oleh Kerukunan Keluarga Jawa Tondano Indonesia (KKJI), festival ini menghadirkan warna kebhinekaan yang memperkuat ikatan antara warga Jaton dan masyarakat Sulawesi Utara, serta menegaskan pentingnya menjaga jati diri di tengah arus modernisasi.

Ketua Umum Kornas KKJI, Ali Hardi Kyaidemak, dalam sambutannya menegaskan bahwa festival ini bukan sekadar perayaan seni, melainkan wadah memperkuat identitas dan kebersamaan warga Jaton di seluruh Nusantara.

“Tujuan kegiatan ini yaitu menjaga dan merajut kekeluargaan, mempererat silaturahim warga sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Selain itu, untuk melestarikan warisan para leluhur kita dalam seni dan budaya,” ujar Ali.

Ia menambahkan, Jaton kini telah berkembang dari sekadar kampung Jawa di Tondano, kini menjadi identitas etnis di Minahasa. “Jaton sekarang sudah menjadi sub-etnis Minahasa Jawa. Dan kami bersyukur, karena KKJI telah dikukuhkan oleh Kementerian Hukum dan HAM sebagai organisasi berskala nasional,” tambahnya dengan bangga.

Festival yang digelar selama empat hari ini menjadi momentum bersejarah, karena untuk pertama kalinya diselenggarakan di Kota Manado, setelah 19 kali pelaksanaan berkeliling di berbagai daerah.

Wali Kota Manado, Andrei Angouw pun menyambut dengan penuh apresiasi dan kebanggaan.

“Kami sangat berterima kasih karena setelah 19 kali, akhirnya festival ini digelar di Kota Manado. Dulu saya sempat heran, kenapa belum pernah diadakan di sini, padahal Manado adalah rumah terdekat dari Tondano,” ujarnya disambut tepuk tangan meriah.

Andrei juga menekankan pentingnya menjaga jati diri bangsa melalui kebudayaan di tengah arus globalisasi. “Indonesia harus berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Di era global sekarang, kebudayaan justru harus menjadi perekat, bukan pemisah,” katanya.

Menurutnya, Festival Jaton ini bukan hanya melestarikan seni dan tradisi, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda agar tidak kehilangan akar budaya mereka.

“Anak-anak muda harus tetap mencintai budaya sendiri. Jangan sampai kita tergerus oleh budaya asing. Kegiatan seperti ini mengingatkan kita siapa kita dan dari mana kita berasal,” ungkapnya.

Terpantau, ribuan warga dari berbagai daerah, termasuk rombongan dari luar Sulawesi Utara, turut hadir meramaikan acara yang berlangsung semarak dan penuh kekeluargaan ini. Festival Seni Budaya Jaton 2025 pun menjadi bukti nyata bahwa warisan budaya bukan sekadar kenangan, melainkan nafas kehidupan yang menyatukan generasi demi generasi.

Dikutip dari : rri.co.id

 

More
Activities